Sabtu, 17 Maret 2018

Sedari Muda Berinvestasi


Halo pembaca setia (blog yang sangat tidak rajin update ini)! Hehe. Karena merasa #AkuMasihMuda, kebanyakan anak muda itu bawaannya pengen happy-happy dulu, suka khilaf ikut tren terkini karena maunya eksis terus jadi baju harus baru, make-up harus glowing, atau baru mau pakai smartphone kalau merk-nya X. Godaan untuk bersikap dan bersifat konsumtif itu asli besar banget. Lain halnya dengan mereka yang umumnya sudah settle di usia 30 atau 40-an, sebagian bahkan mungkin merasa #AkuSudahKaya. Jadi nggak ada terpikir tentang sesuatu yang "kurang". Tapi tapi, pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah kamu bisa memastikan kalau hidupmu bakal kaya selamanya? Yakin harta warisanmu nggak akan habis? Yakin bisnismu nggak akan pernah rugi atau bahkan gulung tikar? Yakin kamu bisa produktif kerja seumur hidup dan nggak akan dipecat kerja sewaktu-waktu? Atau kamu yakin suamimu yang kerja itu bisa hidup selamanya dan nggak tergoda sama pelak*r? Nyoooh, coba kamu baca ini dan pikir-pikir lagi, deh!


---

Jadi ceritanya beberapa minggu lalu aku banyak membaca tentang reksa dana. Baca istilah-istilah seperti prospektus, custodian, NAB, dan istilah lain di reksa dana cukup membuatku pusing. Sehingga aku (terpaksa dengan senang hati) harus belajar lebih tentang reksa dana. Nah, di postingan kali ini, aku nggak pengen terlalu teknis bahas reksa dana, ya karena aku juga pemula dan baru saja kenal sama reksa dana, tetapi aku bakal cerita tentang pengalaman aku sampai berani memutuskan aku investasi ini. Semoga setelah kalian baca ini, kalian jadi mulai ada pikiran buat ikutan belajar atau bahkan ikut investasi juga. I will be glaaaad! Oke langsung aja, jadi di bawah ini akan ada 3 pertanyaan yang bakalan bikin kamu mikirin aku, oke bukan aku, tapi REKSA DANA! Check this out, fellas! :D

1.          Apa sih hal yang membuatku, akhirnya, memutuskan untuk investasi?
Salah satu penyebabnya adalah aku akhir-akhir ini demen banget “beli-beli”. What apa hubungannya?! Haha sabar sabar. Jadi buat para cewek nih utamanya, kebanyakan dari kita itu kan suka belanja, nah kalau nggak ada yang ngontrol atau nge-rem bakalan bahaya, gaes! Kita nggak bakalan kerasa habis juta-juta per bulan. Aku tahu aku habis juta-juta karena aku bikin catatan keuangan tiap bulan. Apalagi kalau kita sudah punya gaji sendiri, kita bingung juga uang sebanyak ini buat apa. Apalagi kita belum nikah, belum punya anak, belum punya kewajiban bayar SPP, dan lain-lain. Akhirnya godaan terberat yang menjerumuskan kita adalah BELANJA! Belanja apa aja mulai dari pakaian, belanjain uang buat travelling-an, sampai belanjain uang kita buat coba aneka jenis makanan. Penyesalan biasanya datang saat kita beranjak lebih dewasa, oke lebih tua tepatnya.
Mbak Vera, anak dari Budhe Kos yang sudah berasa kakak sendiri, penah cerita ke aku, “Coba, pas aku dulu muda umur 20-an, sekamu lah, aku bisa nyisihin 200k aja tiap bulan mungkin sekarang aku punya pegangan. Dua ratus ribu itu nggak berat, Nis. Gampang banget asli! Apalagi aku dulu udah kerja, uang kuliah dibayar mama, makan ikut mama, tinggal ikut mama, uang saku juga masih dikasih mama, dan kalau kurang masih bisa minta ke pacar. Pacar kan udah kerja juga! Nggak susah deh, 200k per bulan itu!”
Itulah statement yang akhirnya bikin aku, iyasih kalau nggak mulai “dipaksa” buat sisihin uang, gimana aku bisa pastiin masa tuaku nggak kekurangan uang? Kalau udah tua kan susah mau ngapa-ngapain, gaji bulanan udah nggak dapat lagi, fisik udah nggak sekuat pas masih muda buat kerja, anak-anak juga pasti sudah punya tanggungan sendiri. Masak hidupku jadi nggak mandiri nanti? Masak aku nggak ingin ngasih sangu ke cucu, beliin sepeda, atau tetep happy-happy di masa tua? Pikiran ini yang buat aku sadar, aku perlu nabung, lebih tepatnya investasi biar nilai uangku nggak kegerus sama inflasi.
Tau kan ya inflasi itu apa? Jadi kalau misal pas aku TK dulu harga es cincau itu 50 perak dan uang saku ku dulu 200 perak, jadi masih sisa 150 perak buat aku simpen dulu. Sekarang tahun 2018 mana ada es harga segitu? Dulu harga minyak tanah itu cuma 1500 ribu per liter, inget bener deh karena aku dulu yang bagian disuruh beli sama mamak, sekarang harga minyak tanah sudah mencapai lebih dari 10.000 ribu per liter. Jadi buat mengantisipasi penurunan nilai mata uang itu, kita harus mengerti “BAHAYANYA MENABUNG”. Iya, menabung konvensional itu bahaya. Misal pada tahun 1997 kamu punya uang 1 juta, itu udah banyak banget pada zamannya. Tapi saat terjadi krisis moneter tahun 1998, uang 1 jutamu itu seakan nggak ada nilainya. Jadi saatnya kita menabung cerdas ala investasi. Nah, investasi yang bisa mengantisipasi uang kita terkena inflasi itu ada banyak banget sih, bisa kita investasikan dengan beli sukuk ritel (sukri), obligasi, deposito, properti, reksa dana, saham dan lain-lainnya. Kalau nyari yang halal dari MUI juga banyak kok, termasuk beberapa produk reksa dana dan saham.

2.          Kenapa lebih memilih investasi melalui reksa dana dibanding saham?
Nah sebelumnya kamu harus tahu dulu reksa dana dan saham itu apa. Saham adaah surat berharga yang menunjukkan bagian kepemilikan atas suatu perusahaan (www.bisnisinvestasisaham.com). Jadi jika kita membeli saham berarti kita membeli sebagian kepemilikan atas suatu perusahaan dan kita berhak atas keuntungan perusahaan dalam bentuk dividen, jika perusahaan mebukukan keuntungan. Intinya kita jadi bagian dari pemilik perusahaan. Keren kan? Haha. Nah kalau Reksa dana pada prinsipnya merupakan kumpulan dana investor yang dikumpulkan dalam satu wadah dan dikelola oleh Manajer Investasi (MI) yang akan diinvestasikan ke dalam berbagai portofolio seperti saham, obligasi ataupun deposito (dikutip dari diskusi BFA-124, 2018). Jadi intinya kita memercayakan sejumlah uang kita ke seorang professional buat mengelolanya. Kalau misal kita investasikan ke reksa dana saham, ya berarti kita juga merupakan bagian dari pemilik perusahaan tersebut atas nama aset manajemen kita jadi tidak secara langsung seperti saham.
Terus kenapa aku lebih memilih reksa dana? Menurutku nggak ada cara investasi yang salah, yang salah mah kalau kita nggak memulai-mulai hehe. Jadi tiap investasi itu punya konsekuensinya masing-masing, as long as we can deal with that consequences, nothing to lose lah rasanya. Bagi orang yang suka tantangan, berinvestasi saham tentu menjadi pilihan yang menarik tentu dengan ilmu yang memadai agar tidak muncul istilah “main saham” tapi investasi saham. Karena Mbak Frisca, salah satu pegiat Investor Saham Pemula (ISP) pernah bilang kalau kamu “mainan saham” ya hasilnya juga akan main-main karena saham itu bukan mainan tapi butuh ilmu agar kita bisa menguasai. Tapi bagi orang yang lebih suka feeling secure with their money, investasi reksa dana pasar uang atau deposito will be a better choice. Bagi orang yang suka main aman dan nggak butuh uangnya dalam jangka waktu dekat, alias uangnya udah kebanyakan, investasi melalui saham nggak bakal jadi hal yang menakutkan, atau kalau mau main lebih aman serahkan pada ahlinya dengan invest melalui reksa dana saham. Jadi menurutku kembali ke karakter dan kebutuhan orangnya masing-masing. Kamu harus tahu kamu itu orang seperti apa dan tujuan investasimu itu apa. Jadi for me, nggak ada istilah investasi A adalah yang terbaik buat semua umat. Nggak mungkin, karena tiap orang memiliki kebutuhan yang beda-beda.
Terus kenapa aku prefer reksa dana dibanding saham adalah karena yang pertama dan utama aku bisa kayak nabung gitu, lho. Jadi kalau reksa dana itu kita memang dianjurkan buat beli produk RUTIN tiap bulan. It means kita bisa nabung tiap bulan dengan nominal uang berapapun sesuai dengan kantong kita. Bahkan ada produk yang menawarkan minimal pembelian itu Rp50.000,-. Tapi rata-rata sih Rp100.000,- ya setau aku. Bahkan kalau ga salah tokopedia atau bukalapak itu bisa nyicil 10 ribu per hari buat beli produk. Jadi menurutku emang nggak ada alasan buat menunda investasi ini.
Kedua karena aku belum punya cukup ilmu buat terjun lansgsung di dunia saham, belum ada niatan belajar lagi lebih tepatnya hehe. Masih concern sama belajar meteorologi biar dapat IP diatas 3.75 terus dan bisa langsung lanjut graduate program. Okay, ini do’a colongan biar pembaca mengamini *loh hahaha. Jadi gitu, aku lebih memilih uangku dikelola oleh yang lebih ahli di bidangnya. Toh, management fee-nya nggak banyak kok, di produk reksa dana aku cuma maksimal 2% dari total profit. Yang saat ini jadi prioritasku milih reksa dana adalah aku bisa menyisihkan uang jajanku tiap bulan, dikelola oleh ahlinya jadi nggak ikut pusing mikir aset mana yang potensial dan kita nggak perlu nunggu uang kita terkumpul berapa buat beli 1 lot saham X karena di reksa dana kita bisa nabung mulai dari 50 ribu rupiah tiap bulan, tiap detik beli pun ga masalah asal ada uangnya hehe. Jadi kita bisa nabung kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kondisi keuangan kita.

3.          Bagaimana cara mulai investasi reksa dana?
Pertama kamu harus mengenali dulu kalau jenis reksa dana (RD) itu secara umum ada 4, yaitu reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham. Tiap jenis memiliki resikonya masing-masing. Sederhananya, kalau kita mau nabung tapi sering diambil, tabung lagi, dan ambil pas butuh, maka reksa dana pasar uang paling cocok buat kita.

Kalau kita mau nabung buat beli motor tahun depan atau 2 tahun lagi (1-3 tahun ke depan, reksa dana Pendapatan Tetap adalah yang paling pas buat kita.

Kalau nabung buat biaya nikah 3 sampai 5 tahun ke depan kamu lebih baik ambil reksa dana campuran.

Nah kalau mau nabung buat biaya pensiun atau untuk pendidikan anak 5 – 10 tahun ke depan maka reksa dana saham adalah yang terbaik buat kita. Intinya adalah high risk, high return.

Contohnya nih: Produk reksadana yang pertama kali aku beli kemarin adalah produk reksa dana saham yang dikelola oleh Sucorinvest Asset Management, dan di hari pertama dan kedua aku dapat keuntungan sekitar 1,34%,  tapi 4 – 5 hari belakangan ini aku mengalami kerugian -2,33%. Ya begitulah, SANGAT WAJAR. As what I said before, We have to deal with all of the consequences, so we will be quite fine with all things that will happen. Aku nggak sedih atau panik pas tau kalau aku rugi karena aku tahu tujuanku menabung adalah jangka panjang, misal buat dana pensiun, dana bangun rumah, dana sekolah anak, dan lain-lain.

Kalau mau beli produk reksa dana kamu bisa langsung pergi ke Manajer Investasi (MI) yang kamu pilih, atau melalui agen perantara penjual RD yang ditunjuk, bisa lewat bank, atau bisa juga secara online, seperti yang saat ini aku lakukan yaitu via bareksa. Aku sempet juga pergi ke salah satu MI terkemuka, yaitu Sucorinvest Asset Manajemen di daerah SCBD dan pihak sana melayani aku dengan sangat baik. Aku yakin setiap MI akan memberikan edukasi lebih terkait reksa dana. Namun setelah tahu beli online lebih mudah dan juga dilengkapi dengan simulasi tiap produk MI, aku akhirnya memutuskan beli RD secara online. Setiap saat juga kita bisa tahu pergerakan aset kita tanpa menunggu bank custodian mengirim catatan aset kita tiap bulan. Oiya, aku juga merekomendasiin kamu buat gabung di komunitas-komunitas yang concern di bidang ginian, yakin deh kamu bisa dapat banyak ilmu dari mereka! Bareksa juga menyediakan platform diskusi online gitu buat para calon ataupun investor. Pun sudah banyak kanal youtube yang menyediakan edukasi secara lebih terkait ini. Tapi kalau kamu mau aku nulis detailnya juga, komen aja dibawah ya! Atau kalau mau sharing, feel free to send me email! ^^

4 komentar:

  1. Keren kak, jadi pengen ikutan :))

    BalasHapus
  2. Bermanfaat sekali kak postingannya �� mau deh coba invest di bareksa.
    Btw nomor limanya mana nih? *Korban clickbait*

    BalasHapus