Senin, 21 Desember 2015

Media Sosial, Terobosan Berbagai Langkah Perubahan



           Berbicara soal social media tentu tidak akan ada habisnya. Mengingat semua orang mulai dari  anak-anak, remaja (apalagi), hingga kakek nenek yang gaul sih pasti setidaknya mengenal aplikasi pengisi gawai terkini ini. Semakin hari keberadaan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, atau Path seakan semakin memasyarakatkan diri. Jadi nggak heran dong kalau hampir setiap lapisan masyarakat kini menggunakannya atau at least pernah mendengarnya? Tentang sosial media, banyak hal yang saya pelajari melalui sosok Ainun Chomsun dalam kelasnya mengenai “How To Use Your Writing Skills & Social Media To Spread The Words" di Conclave bulan lalu.
Beliau adalah foundernya Akademi Berbagi sekaligus seorang communication agent di ranah sosial media seperti social media specialist atau social media strategist gitu. Maaf mbak kurang begitu paham hehe. Pekerjaan yang asing didengar ini seringkali membuat anaknya bingung untuk menjawab apa pekerjaan ibunya. Pernah suatu saat, anaknya menjawab pekerjaan ibunya adalah bermain Facebook & Twitter di rumah. Sontak gurunya mikir kalau ibunya mencontohkan hal yang kurang baik dong haha. Padahal pekerjaannya memang mewajibkan beliau berkutat dengan sosial media. Bahkan beliau adalah salah satu orang yang sukses memanfaatkan kekuatan jejaring sosial. Banyak yang akhirnya nyletuk, “Mbak Ainun enak ya, mainan facebook, twitter, instagram tapi dibayar.”





Udah, dari awal aja aku udah ngiri nih.

Hal kedua yang bikin aku tertarik adalah ‘latar belakang cerita’ yang dilalui Mbak Ainun. Awalnya mbak Ainun adalah pegawai kantoran gitu, namun setelah mempunyai anak akhirnya beliau memutuskan untuk berhenti dan fokus merawat anaknya. Tahu sendiri kan gimana padatnya jadwal kerja pegawai kantoran? Haha Setelah beberapa tahun, Mbak Ainun memutuskan untuk kembali kerja. Nah pekerjaan barunya inilah yang akhirnya diiri banyak orang haha. Termasuk aku. Karena tidak diharuskan bekerja di kantor, Mbak Ainun tentunya memiliki banyak waktu di rumah. Asal ada koneksi internet sama gadget, kerjaan mah kelar. Cerita lucu lainnya datang dari ibu beliau. Ibu mana coba yang nggak sumpek kalau liat anaknya seharian ‘leyeh-leyeh’ (santai-santai) sambil bermain gadget seharian dirumah? Ya maklum zaman ibu-ibu 'dulu' kan nggak ada internet jadi susah mau jelasin bagaimana. Mbak Ainun kehabisan kata dan bingung mau jelasin gimana lagi ke ibunya. Akhirnya Mbak Ainun mengalah, Mbak Ainun kadang pamit keluar dengan bilang kerja. "Alhamdulillah", kata ibu beliau lega. “Padahal mah aku keluarnya juga nongkrong di cafe, tempat makan, atau tempat lain yang punya akses internet”, imbuh Mbak Ainun sambil ketawa.

Nambah iri nih aku hehe

Tentang Akademi Berbagi, sebuah akademi yang terbentuk dengan support penuh dari media sosial. Oleh karena itu, Mbak Ainun, pada sebuah perjumpaan di Hari Sabtu, 28 November 2015 lalu, tak henti-hentinya menjelaskan bagaimana powerfulnya social media. Inspirasi pendirian Akademi Berbagi ini diawali dari banyaknya kul-tweet orang-orang ‘sukses’ yang muncul di timeline twitter Mbak Ainun. “Kan daripada mereka kul-tweet kul-tweet gitu mending mereka ngajar langsung aja”. Nah, awalnya ada salah seorang yang mau ngajar langsung nih, tapi Mbak Ainun disuruh mencari minimal 10 orang sebagai muridnya. Challenge accepted! Yap, setelah promosi lewat media sosial juga, ternyata lebih dari 10 orang nih yang tertarik buat join dan lama kelamaan berkembanglah Akademi Berbagi ini. #BerbagaiBikinHappy itulah tagar yang dipopulerkan oleh Akademi Berbagi.
Pahlawan dunia maya, itulah gelar yang kini disematkan pada Mbak Ainun setelah mendirikan Akademi Berbagi yang terbentuk melalui bantuan media sosial ini gengs. Bagi beliau tujuan yang terpenting dari media sosial itu adalah komunikasi, publikasi dan membangun reputasi serta networking. Sehingga media sosial itu tidak selamanya buruk, tidak selamanya sarat cyber crime, that depends on the person, she said. Namun salahnya memang, jamak masyarakat kita missused aplikasi terhits ini, banyak yang memakainya hanya untuk ajang eksis semata. Jadi menurutku wajar sih kalau banyak orang tua yang khawatir saat melihat anaknya sibuk berselancar di dunia maya.
Hal lain yang juga saya garis bawahi adalah mengenai sebuah ‘cerita’. "Jangan sepelekan sebuah cerita", itulah kalimat yang kerapkali disampaikan Mbak Ainun. Karena ilmu marketing paling tua adalah sebuah cerita, kitab suci dari agama manapun pasti juga berisikan sebuah cerita. Al Qur’an misalnya, melalui banyak kisah atau cerita para Nabi zaman dahulu lah kita diharapkan bisa memetik pembelajaran. Kita bisa tahu kalau hidup itu ternyata bukan enak-enak saja, tapi juga ada masa jatuhnya, cobaannya, agar kita berjuang dan berusaha. Karena itulah, sebuah cerita itu punya kekuatan untuk memengaruhi orang lain, terlebih jika kita punya the same point of interest.

-Kebaikan itu tidak pernah salah. Berbuat baik dan lupakan-

P.S: Sayang nih belum punya foto bareng Mbak Ainun, kapan-kapan saya minta ya, Mbak? hehe

0 komentar:

Posting Komentar