Berbicara soal social media
tentu tidak akan ada habisnya. Mengingat semua orang mulai dari anak-anak, remaja (apalagi), hingga kakek
nenek yang gaul sih pasti setidaknya mengenal aplikasi pengisi gawai terkini ini. Semakin hari keberadaan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, atau Path seakan semakin memasyarakatkan diri. Jadi nggak heran dong kalau hampir setiap lapisan masyarakat kini menggunakannya atau at least pernah mendengarnya? Tentang sosial media, banyak hal yang saya pelajari melalui sosok Ainun Chomsun dalam kelasnya mengenai “How To
Use Your Writing Skills & Social Media To Spread The Words" di Conclave bulan lalu.
Beliau adalah foundernya
Akademi Berbagi sekaligus seorang communication agent di ranah sosial media seperti social media specialist atau social media strategist gitu. Maaf mbak kurang begitu paham hehe. Pekerjaan yang asing didengar ini seringkali membuat anaknya bingung untuk menjawab apa
pekerjaan ibunya. Pernah suatu saat, anaknya menjawab pekerjaan ibunya adalah
bermain Facebook & Twitter di rumah. Sontak
gurunya mikir kalau ibunya mencontohkan hal yang kurang baik dong haha. Padahal
pekerjaannya memang mewajibkan beliau berkutat dengan sosial media. Bahkan beliau
adalah salah satu orang yang sukses memanfaatkan kekuatan jejaring sosial.
Banyak yang akhirnya nyletuk, “Mbak Ainun enak ya, mainan facebook, twitter,
instagram tapi dibayar.”
Udah, dari awal aja aku udah ngiri nih.
Hal kedua yang bikin aku tertarik adalah ‘latar belakang cerita’ yang dilalui Mbak Ainun. Awalnya mbak Ainun adalah pegawai kantoran gitu, namun setelah mempunyai
anak akhirnya beliau memutuskan untuk berhenti dan fokus merawat anaknya. Tahu
sendiri kan gimana padatnya jadwal kerja pegawai kantoran? Haha Setelah beberapa
tahun, Mbak Ainun memutuskan untuk kembali kerja. Nah pekerjaan barunya inilah
yang akhirnya diiri banyak orang haha. Termasuk aku. Karena tidak diharuskan bekerja di
kantor, Mbak Ainun tentunya memiliki banyak waktu di rumah. Asal ada koneksi
internet sama gadget, kerjaan mah
kelar. Cerita lucu lainnya datang dari ibu beliau. Ibu mana coba yang nggak sumpek kalau liat anaknya seharian ‘leyeh-leyeh’ (santai-santai) sambil bermain gadget seharian dirumah? Ya maklum zaman ibu-ibu 'dulu' kan nggak ada internet jadi susah mau jelasin bagaimana. Mbak Ainun kehabisan kata dan bingung mau jelasin
gimana lagi ke ibunya. Akhirnya Mbak Ainun mengalah, Mbak Ainun kadang
pamit keluar dengan bilang kerja. "Alhamdulillah", kata ibu beliau lega. “Padahal mah
aku keluarnya juga nongkrong di cafe, tempat makan, atau tempat lain yang punya
akses internet”, imbuh Mbak Ainun sambil ketawa.
Nambah iri nih aku hehe
Tentang Akademi Berbagi, sebuah akademi yang terbentuk dengan support penuh dari media sosial. Oleh
karena itu, Mbak Ainun, pada sebuah perjumpaan di Hari Sabtu, 28 November 2015 lalu,
tak henti-hentinya menjelaskan bagaimana powerfulnya social media. Inspirasi pendirian Akademi Berbagi ini diawali dari
banyaknya kul-tweet orang-orang ‘sukses’ yang muncul di timeline twitter Mbak
Ainun. “Kan daripada mereka kul-tweet kul-tweet gitu mending mereka ngajar
langsung aja”. Nah, awalnya ada salah seorang yang mau ngajar langsung nih,
tapi Mbak Ainun disuruh mencari minimal 10 orang sebagai muridnya. Challenge accepted! Yap, setelah promosi lewat media sosial juga, ternyata lebih dari 10 orang nih yang
tertarik buat join dan lama kelamaan
berkembanglah Akademi Berbagi ini. #BerbagaiBikinHappy itulah tagar yang
dipopulerkan oleh Akademi Berbagi.
Pahlawan dunia maya, itulah gelar yang kini disematkan pada Mbak Ainun
setelah mendirikan Akademi Berbagi yang terbentuk melalui bantuan media
sosial ini gengs. Bagi beliau tujuan yang terpenting dari media sosial itu
adalah komunikasi, publikasi dan membangun reputasi serta networking. Sehingga media sosial itu tidak selamanya buruk, tidak
selamanya sarat cyber crime, that depends
on the person, she said. Namun salahnya memang, jamak masyarakat kita missused aplikasi terhits ini, banyak yang memakainya hanya untuk ajang eksis semata. Jadi menurutku wajar sih kalau banyak orang tua yang khawatir saat melihat anaknya sibuk berselancar di dunia maya.
Hal lain yang juga saya garis bawahi adalah mengenai sebuah ‘cerita’.
"Jangan sepelekan sebuah cerita", itulah kalimat yang kerapkali disampaikan Mbak
Ainun. Karena ilmu marketing paling tua adalah sebuah cerita, kitab suci dari
agama manapun pasti juga berisikan sebuah cerita. Al Qur’an misalnya, melalui
banyak kisah atau cerita para Nabi zaman dahulu lah kita diharapkan bisa memetik
pembelajaran. Kita bisa tahu kalau hidup itu ternyata bukan enak-enak saja,
tapi juga ada masa jatuhnya, cobaannya, agar kita berjuang dan berusaha. Karena itulah, sebuah cerita itu punya kekuatan untuk
memengaruhi orang lain, terlebih jika kita punya the same point of interest.
-Kebaikan
itu tidak pernah salah. Berbuat baik dan lupakan-
P.S: Sayang nih belum punya foto bareng Mbak Ainun, kapan-kapan saya minta ya, Mbak? hehe
0 komentar:
Posting Komentar