Rabu, 02 Desember 2015

Rumah Tanpa Pondasi



Belajar Dari Buku “Lautan Langit”

Menjalin hubungan tanpa adanya sebuah ikatan itu seperti membangun rumah di atas rawa-rawa, katanya. Dan at the end, sepertinya akupun mulai ikut mengamininya. Dulu aku sempat beberapa kali percaya happy endingnya drama korea, tapi nyatanya aku harus balik pada realita. Setiap orang dewasa pasti menyarankan hal yang sama, yaitu agar kita tidak dulu menjalin hubungan. Hati kecil kita pasti berkata itu benar tapi kita seringkali mengelak dengan beribu alasan (apa itu cuma gua doang? haha). Daripada merenungi ngenesnya kegalauan dan kejombloan yang sering dikoar-koarkan, bukankah lebih baik kamu sibuk memperbaiki diri? Siapa tahu ketemu jodoh di perjalanan, saat kamu berusaha memperbaiki diri ntar, iya kan? Apalagi kalau masih anak-anak, masih sekolah. Aduhdeek, tugas utamanya (belajar) aja diabaikan, apalagi kamu ntar? Kalau liat anak kecil sekarang sudah mengenal gitu-gituan itu rasanya, miris. Jujur ada perasaan bersalah, jika mengingat dulu, sebagai orang yang lebih dewasa,  aku pun pernah berkontribusi memberikan display orang berpacaran. Pff. And I'm on my way, trying to fix it. Tulisan yang satu ini bagus banget buat menyadarkan kita lagi, check it!


Ketika banyak perempuan dilukai oleh laki-laki, berarti banyak pula laki-laki yang melukai perempuan. Sebanyak pengaduan teman-teman dekat dalam setiap curhatan bahwa laki-laki itu brengsek dan menjengkelkan.
Mengapa banyak cinta yang terluka sebelum terjadi ikatan yang suci lagi baik? Karena disana tidak ada ikatan. Kalaupun merasa terikat, itu sesuatu yang tidak ada sama sekali. Siapapun bisa meninggalkan siapapun, kapanpun, bahkan dengan alasan-alasan yang sederhana, hilang rasa misalnya. Karena disana tidak ada komitmen yang jelas antara keduanya. Negara bahkan tidak bisa menindaknya dengan hukum.
Lalu mengapa kita sibuk membangun cinta di atas lahan yang rawan? Seperti membangun rumah diatas rawa-rawa. Membangun rumah tanpa pondasi dan kita berharap bisa membuat gedung yang tinggi. Sayangnya banyak sekali orang yang melakukan itu. kita pun pernah, di masa muda yang bergelora, di masa muda yang ingin mencoba banyak hal.
Laki-laki akan terus melukai perempuan bila tidak ada komitmen, sementara perempuan akan terus terlukai karena menuntut kepastian, padahal tidak ada kejelasan. Laki-laki dan perempuan tidak saling belajar saat ini. Pun tidak saling mampu menahan diri.
Membangun cinta tanpa rahmat dan berkah dari Tuhan, berangan-angan tentang masa depan padahal kosong. Bermimpi tentang keluarga yang harmonis, padahal hanya mulut manis.
Cinta memerlukan kesabaran. Cinta memerlukan pengendalian. Sebab itu, Dia memberikan petunjukNya. Perasaan ini suci dan fitrah, sebuah perasaan yang sengaja diciptakan dengan rasa-rasa yang indah. Hanya saja banyak orang yang terburu-buru ingin merasakan keindahannya di tempat dan orang yang tidak tepat.
Perempuan haruslah menjaga diri, menjaga kehormatan, dan mampu mengendalikan. Laki-laki haruslah mampu menjaga kehormatan, tidak sembarangan memberi perhatian apalagi harapan karena perempuan mudah memberi kepercayaan.

0 komentar:

Posting Komentar