Rabu, 25 Maret 2015

Joengmal Gomawo Omma



Terkadang aku berpikir bagaimana susahnya menjadi seorang ibu, dimana aku harus memberikan suri tauladan yang baik bagi anak-anakku padahal aku sendiri masih jauh dalam hal kebaikan, dimana aku harus merawat anak-anakku sewaktu kecil yang ribetnya, duh minta ampun, dimana aku juga harus konsen pada pekerjaanku sehingga terpaksa menitipkan anakku pada babysitter dan tak bisa menyaksikan perkembangan buah hatiku setiap waktu, dimana aku harus bersabar tiap anakku rewel terutama ketika aku sedang sakit atau benar-benar lelah bekerja, dimana aku harus selalu tersenyum dan mendukung anakku kala dia sedang jatuh atau bahkan mendukungnya saat masalahku sebenarnya jauh lebih besar namun aku harus menyembunyikannya agar anakku tak merasa khawatir karenaku, dimana aku harus selalu memikirkan masa depannya agar ia memiliki masa depan yang jauh lebih baik dariku, dimana aku menahan rasa sakit saat ia mulai berani menaikkan nada suaranya kepadaku, marah, atau kecewa padaku, dan masih banyak hal yang mungkin belum aku ketahui karena aku belum pernah merasakan rasanya menjadi seorang ibu.
Iya, aku memang belum pernah tahu rasanya, pernah suatu ketika tepatnya pukul 20.26 tanggal 27 Januari 2015, entah mengapa aku mengirimkan sms ke mamaku seperti ini:
“Mam pean sama ayah ga ada rencana haji a? Daftar aja mam, haji plus aja biar cepat. Age mam, aku nabung juga biar pean bisa duluan.”
Aku begitu ingin pergi ibadah haji, atau setidaknya umroh, dan aku mulai nabung untuk itu, namun selama aku mulai mengumpulkan uangku, aku merasa ayah dan ibuku lebih pantas duluan. Aku begitu tulus mengatakan hal tersebut dan menginginkan orangtuaku bisa ibadah haji. Namun jawaban ibuku begitu mengagetkanku, iya itu mungkin karena aku tidak berpikir jauh.
“Untuk sekarang ibu fokus masa depan anak dulu ya yang 3 ini. Rencana jangka panjang ada. Ibu ndak pernah takut dengan masa tunggu, santai”
            Tahukah kamu apa yang kulakukan setelah membacanya? Aku menitihkan air mataku, merasa memiliki ibu yang terbaik di dunia. Iya seorang ibu, dia yang menerima sejelek-jeleknya aku dan yang sesabar-sabarnya menghadapi aku. Seorang ibu, mungkin kasarnya adalah tempat pelarian setiap orang saat mereka mempunyai masalah. Coba kalau ga ada masalah atau sedang fokus dengan pekerjaan atau bahkan urusan cintanya, sms ibu pasti terabaikan. Jamak orang pernah melakukan itu, iya mungkin termasuk aku, dulu tapi hehe.
            Bagiku ibu adalah dia yang selalu ada saat aku jatuh, ibuku adalah sahabat terbaikku yang mengerti aku luar bahkan ‘dalam’. Terlebih beliau adalah seorang bidan, jadi aku tak sungkan cerita segala urusan kewanitaanku haha. Ibuku adalah pahlawanku, dia yang membelaku didepan banyak orang saat tak ada satupun yang mempercayaiku.
Ibuku adalah orang yang tertawa saat aku menelpon beliau sambil menangis tersedu-sedu, iya beliau tertawa mungkin biar aku bisa merasa tenang dan tidak jatuh dalam keterpurukanku. Ibuku adalah orang yang mencoba mengerti seleraku, membelikan sesuatu yang terbaik padahal aku belum tentu menyukainya. Ibuku adalah orang yang terlihat cuek dan sok kuat didepanku, tidak lain karena ibu tidak ingin terlihat lemah didepanku, agar aku tidak merasa khawatir karnanya. Ibuku adalah wanita yang paling sabar yang pernah aku temui, walaupun beliau seringkali marah kepadaku, mengomel ini itu dan aku malah kerapkali melawannya namun beliau tak pernah kehilangan rasa sayangnya. Ibuku adalah dokter terbaik bagiku, itulah mengapa aku begitu bersyukur dilahirkan oleh ibuku. Ibuku adalah orang yang mengusahakan yang terbaik bagi anak-anaknya, meskipun ia lelah, ketika aku pulang kerumah, beliau selalu mengajakku makan keluar, beliau mengerti jika jajan lebih tepatnya makan adalah hal yang aku sukai. Beliau adalah orang yang selalu netral dalam melihat laki-laki yang mungkin mendekatiku. Ibuku adalah penyemangatku untuk tetap mengayunkan kali walaupun aku harus menggunakan tongkat karena tak lagi mampu berjalan dengan kedua kakiku. Ibu adalah orang yang mengajari bagaimana caranya memanage uang, hidup hemat tapi tak lupa berbagi. Dan masih banyak hal lain yang tak bisa aku ceritakan satu persatu. Dan iya, banggalah dengan ibu kalian, aku yakin jamak orang memiliki pemikiran yang sama denganku, karena itu rajinlah bersujud karenanya : )

0 komentar:

Posting Komentar