Tulisan ini aku buat
tepat sehari setelah proses pengumpulan proposal skripsi dilaksanakan.
Berbicara tentang proposal, aku adalah salah satu orang yang pernah “desperate”
dengan topik yang aku ambil. Iya, aku menulis sesuatu yang berkaitan
dengan Artificial Intelligence (AI), well lebih
tepatnya ini keturunannya AI lah, yaitu Jaringan Saraf Tiruan (JST) atau
istilah populernya adalah Artificial Neural
Network (ANN).
Stress? Pasti. Nangis? Iya.
Bukan karena putus
asa, ya putus asa sih, tapi karena aku bener-bener gatau harus mulai dari
mana. Satu, aku tidak terlalu akrab dengan penggunaan software pemrograman. Dua,
aku sama sekali tidak tahu apa itu AI dan JST. Tiga, aku nggak tau
aku bisa tanya dan belajar hal-hal yang tidak aku mengerti dari siapa (tahu sih
siapa namun kita harus ikhlas jika terkadang ekspektasi tidak sesuai dengan
kenyataan). Sumber yang ada di internet nggak mungkin bisa dipelajari sendiri
di tengah-tengah ngerjain tugas, ujian, dan aktivitas kampus lain yang cukup
padat. Sampai terlintas pikiran untuk kursus AI atau nyari orang yang bisa
bantu skripsi tapi nggak ada yang bisa bantu ketika sudah aku jelaskan
maksudku. Liat kursus AI harganya 9 juta tiap 12 kali pertemuan (1 jam tiap
pertemuan) bikin lututku lemes, uang darimana? Apalagi aku sedang ada di
kondisi yang punya cicilan wajib tiap bulan. Makanya aku sempat ngelesin dan juga sesekali nulis
penelitian/paper yang bisa dapat fee agar
bisa punya pemasukan tambahan buat biaya hidup dan jajan.
Tidak putus asa. Aku
mulai mencari koneksi, adek kelas, senior, temen dari kampus lain, sampai nekat
kirim pesan via dm ke dosen salah
satu perguruan tinggi negeri di Bogor, tapi tidak umpan balik yang kontinyu.
Pertanyaan-pertanyaan yang aku ajukan tidak semuanya mendapat jawaban yang
memuaskan. Akhirnya aku lebih banyak belajar hafalan, dibandingkan konseptual, dan
praktik aja asal script sudah sesuai
teori and works out. Tapi aku
bener-bener merasa banyak kosongnya secara konsep dan teori-teori dasar yang
membangun JST tersebut. Hingga akhirnya…
Aku disarankan oleh
dosen pembimbing untuk menghubungi Bapak Hastu yang bekerja di Pusat Penelitian
dan Pengembangan (PUSLITBANG) BMKG.
Bak gayung bersambut,
Pak Hastu memberikan secercah harapan bahwa aku insyaAllah bisa melanjutkan
rencana proposal sesuai rencana. Rasanya agak tidak percaya, bagaimana Allah
bisa sebaik ini dan selalu ngasih jalan, ada aja masalahnya ada juga jalannya,
meskipun istilahnya aku dikasih jalannya “last minute” gitu
ya. Aku tipikal orang yang jarang nangis, baik pada saat sedih atau bahagia.
Tapi setelah ketemu Bapak untuk yang pertama kali, rasanya aku begitu terharu
dan terbawa perasaan sampai aku nangis sepanjang perjalanan naik gojek ke
Stasiun Tanah Abang. Bapak sangat baik dan sangat memahami bahwa aku
sangat noob dan Bapak pengen mengajari bener-bener dari dasar,
yang jelas aku nggak keberatan sama sekali dan itu yang aku inginkan. Mungkin
kalian mengira aku lebay tapi disaat benar-benar merasa losing
hopes dan Allah ngasih jalan, bersyukurnya aku bukan main.
Daaaan.. beliaulah
yang menjadi alasan mengapa aku saat ini mulai menulis blog ((lagi)) setelah
berabad rasanya nggak pernah nulis and as return aku
bakalan share ke kalian apa aja yang udah aku pelajari dari
Bapak. Semoga bisa jadi pegangan apa yang harus dimengerti dahulu sebelum belajar
tentang JST (khususnya PNN dan CPNN) and not get lost like what I
did atau bisa jadi bahan pembelajaran iseng-iseng bagi yang tertarik
dengan pemanfaatan JST dan meteorologi karena Srivastava (2012) menyebutkan
bahwa JST semakin
banyak dimanfaatkan dalam bidang meteorologi untuk regresi nonlinear dan
masalah klasifikasi karena kemampuannya dalam analisis data dan prediksi. Ceileh,
sok-sok an banget dah aku.
Baiklah sekian intro dari
saya, see you
in my next post! ^^
0 komentar:
Posting Komentar