Rabu, 31 Juli 2019

SELALU ADA JALAN.


Tulisan ini aku buat tepat sehari setelah proses pengumpulan proposal skripsi dilaksanakan. Berbicara tentang proposal, aku adalah salah satu orang yang pernah “desperate” dengan topik yang aku ambil. Iya, aku menulis sesuatu yang berkaitan dengan Artificial Intelligence (AI), well lebih tepatnya ini keturunannya AI lah, yaitu Jaringan Saraf Tiruan (JST) atau istilah populernya adalah Artificial Neural Network (ANN).

Stress? Pasti. Nangis? Iya.

Bukan karena putus asa, ya putus asa sih, tapi karena aku bener-bener gatau harus mulai dari mana. Satu, aku tidak terlalu akrab dengan penggunaan software pemrograman. Dua, aku sama sekali tidak tahu apa itu AI dan JST. Tiga, aku nggak tau aku bisa tanya dan belajar hal-hal yang tidak aku mengerti dari siapa (tahu sih siapa namun kita harus ikhlas jika terkadang ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan). Sumber yang ada di internet nggak mungkin bisa dipelajari sendiri di tengah-tengah ngerjain tugas, ujian, dan aktivitas kampus lain yang cukup padat. Sampai terlintas pikiran untuk kursus AI atau nyari orang yang bisa bantu skripsi tapi nggak ada yang bisa bantu ketika sudah aku jelaskan maksudku. Liat kursus AI harganya 9 juta tiap 12 kali pertemuan (1 jam tiap pertemuan) bikin lututku lemes, uang darimana? Apalagi aku sedang ada di kondisi yang punya cicilan wajib tiap bulan. Makanya aku sempat ngelesin dan juga sesekali nulis penelitian/paper yang bisa dapat fee agar bisa punya pemasukan tambahan buat biaya hidup dan jajan.
Tidak putus asa. Aku mulai mencari koneksi, adek kelas, senior, temen dari kampus lain, sampai nekat kirim pesan via dm ke dosen salah satu perguruan tinggi negeri di Bogor, tapi tidak umpan balik yang kontinyu. Pertanyaan-pertanyaan yang aku ajukan tidak semuanya mendapat jawaban yang memuaskan. Akhirnya aku lebih banyak belajar hafalan, dibandingkan konseptual, dan praktik aja asal script sudah sesuai teori and works out. Tapi aku bener-bener merasa banyak kosongnya secara konsep dan teori-teori dasar yang membangun JST tersebut. Hingga akhirnya…
Aku disarankan oleh dosen pembimbing untuk menghubungi Bapak Hastu yang bekerja di Pusat Penelitian dan Pengembangan (PUSLITBANG) BMKG.
Bak gayung bersambut, Pak Hastu memberikan secercah harapan bahwa aku insyaAllah bisa melanjutkan rencana proposal sesuai rencana. Rasanya agak tidak percaya, bagaimana Allah bisa sebaik ini dan selalu ngasih jalan, ada aja masalahnya ada juga jalannya, meskipun istilahnya aku dikasih jalannya “last minute” gitu ya. Aku tipikal orang yang jarang nangis, baik pada saat sedih atau bahagia. Tapi setelah ketemu Bapak untuk yang pertama kali, rasanya aku begitu terharu dan terbawa perasaan sampai aku nangis sepanjang perjalanan naik gojek ke Stasiun Tanah Abang. Bapak sangat baik dan sangat memahami bahwa aku sangat noob dan Bapak pengen mengajari bener-bener dari dasar, yang jelas aku nggak keberatan sama sekali dan itu yang aku inginkan. Mungkin kalian mengira aku lebay tapi disaat benar-benar merasa losing hopes dan Allah ngasih jalan, bersyukurnya aku bukan main. 
Daaaan.. beliaulah yang menjadi alasan mengapa aku saat ini mulai menulis blog ((lagi)) setelah berabad rasanya nggak pernah nulis and as return aku bakalan share ke kalian apa aja yang udah aku pelajari dari Bapak. Semoga bisa jadi pegangan apa yang harus dimengerti dahulu sebelum belajar tentang JST (khususnya PNN dan CPNN) and not get lost like what I did atau bisa jadi bahan pembelajaran iseng-iseng bagi yang tertarik dengan pemanfaatan JST dan meteorologi karena Srivastava (2012) menyebutkan bahwa JST semakin banyak dimanfaatkan dalam bidang meteorologi untuk regresi nonlinear dan masalah klasifikasi karena kemampuannya dalam analisis data dan prediksi. Ceileh, sok-sok an banget dah aku. 
Baiklah sekian intro dari saya, see you in my next post! ^^

0 komentar:

Posting Komentar