Hadirnya Dia
Sudah
sekitar dua bulan ini aku hidup bersama sosok ‘kakak’ yang baru-baru ini
membawa warna sangat baru di hidupku. Asek.
Semenjak ada dia, aku merasa punya teman hidup, temen jalan, dan temen tidur. Taraaaa... namanya Mbak Winda Ratri. Bak
kakak beradik beneran, kita udah bebas banget mau pinjem apa aja langsung
pakai. Kalau aku seringnya minjemin jilbab mbaknya. Secara dear, koleksi jilbab mbaknya itu buanyak banget dan cocok kalau
kupakai. Hihi.
Meskipun sama-sama berprinsip ekonomis, tapi kalau masalah fesyen, aku masih kalah sama mbaknya.
Jadilah berkat mbaknya, aku tau sedikit referensi toko online mana yang murah,
kapan aja ada promo, dan sifat atau karakter bahan pas dipakai. Sedikit-sedikit
juga tahu tentang apa itu maskara dan gimana cara pakainya, warna lipstik, pun
merknya. Haha. Belajar liat orang dandan tipis-tipis meskipun at the end, aku selalu polosan pakai bedak
aja.
Pernah, suatu saat aku mau ke undangan nikahan dan iseng-iseng pengen nyoba
maskara, foundation, dan lain-lain yang tentu kesemuanya punya mbaknya. Hahaha. Karena mbaknya nggak ada di
kosan, akhirnya aku disuruh eksperimen sendiri dengan berbekal video tutorial
di youtube. Keliatannya sih sepele,
gampang banget gitu di videonya, tapiii... It takes more
than 3 hours! Masih mending kalau berhasil. Yap, aku gagal, cuy! At the end, aku kudu susah payah hapus make-up gagalnya dan berangkat polosan
lagi haha.
Duh, suami
nanti tolong kursusin aku make-up dulu, ya! XD
Percakapan I
“Nis,
ada harbolnas bulan ini. Nis, ada diskon baju ini, bagusss. Aku beli nggak ya?”
Memasang muka berharap aku jawab iya
“Nggak
mbak. Klambi sampean wes akeh
(re: baju kamu masih banyak)”, jawabku dengan muka datar sambil mainan HP
“Duh,
junior, junior! Galak amat” Pakai nada yang khas banget hahaha
“Ampun
senior! Hahaha” dan selalu kusambut tawa
Percakapan II
“Duh,
aku pakai apa ya, Nis nanti pas datang nikahan? Aku nggak punya baju.”
“......”
Aku nggak jawab apa-apa, cuma melirik tumpukan bajunya yang dua kali lipat
jumlah bajuku di lemari
“Duh,
junior, junior.”
“Hahaha.”
Percakapan III
“Duh, Nis mataku perih.”
“Jangan diucek-ucek mbak. Biarin aja.”
“Nggak kok, aku cuma bersihin air
matanya ini loo.”
“Nggak usah dibersihin, kadang
tangannya suka usil ikut ucek-ucek mata. Udah biarin aja. Bawa tidur aja.”
“Junior, junior. Galak e”
Dan aku
cuma bisa ketawa setiap kali mbaknya bilang itu. Lah, suruh sapa yak tanya ke
aku. Haha. Tapi senengnya mbaknya abis itu beneran tidak menyentuh bagian
matanya sama sekali. Dan dicoba memejamkan mata hendak tidur. Dan terbukti
lebih cepet sembuh. Dan akhirnya bilang makasih ke aku. Daaaaan.... aku seneng
aja haha
Aku dan mbaknya punya kepribadian
yang cukup berbeda. Dalam hal asmara misalnya, mbaknya itu tipe orang yang
wajib harus kudu dihubungi terus. Bagi dia itu adalah kunci hubungan. Nah,
kalau aku lebih suka sama yang biasa aja, nggak sering-sering kontak. Bosen serius.
Apalagi pertanyaannya creepy banget,
lagi apa? Hehe. I am a kinda person who
prefer to put my trust on someone whom I love. Asal dia ‘ngabari’ aja kalau
dia lagi sibuk, I won’t disturb. I will
wait until he text me first. Itu kalau masih deket-deketan aja. Kalau nikah,
aku gatau karena aku kan belum pernah tahu kehidupan nikah :p
Hal lain lagi yang buat kita beda
adalah mbaknya itu nggak suka sepi, nggak suka sendiri. Sedangkan aku lumayan
terbiasa dengan kedua hal itu meskipun aku nggak suka menyebutnya kesepian, aku
lebih memilih menamainya keheningan. Tapi bukan berarti aku nggak suka rame. Kalau
rame emang bewarna dan seru gitu ya tetapi seringnya bikin aku ga produktif. Haha
hihi aja. Itu kalau aku. Hal yang membuatku betah dan nyaman dengan keheningan
adalah karena aku bisa bebas melakukan apa aja. Merenungi apa aja. Bahkan menangis
sejadi-jadinya.
Meskipun punya hobi dan kepribadian
yang berbeda, mbaknya sudah kuanggap seperti mbak sendiri. Baik banget gilak! Meski
aku sering banget jadi adek yang menyebalkan bagi mbaknya hahaha. Apalagi saat
aku cuma jawab, “he’eh, iya, apa mbak?,
iyasih” terus mbaknya kecewa kayaknya hahaha. Maaf ya, mbakcu! Bukan aku
nggak menghargai, kalau sedang fokus mengerjakan sesuatu, aku memang jadi sulit
diganggu. Mungkin mbaknya belum mengerti itu. Maafkan adekmu yang suka sok
sibuk ini ya, mbak. Sebagai gantinya rindu, kutulis tulisan ini untuk sampean
yang sekarang sedang di kampung halaman.
Aku rindu mbakcu.
Gk suka creepy yaa :p
BalasHapusupss, I didnt mean it ya hehe
Hapus