Minggu, 05 Juni 2016

My First Facial Feeling




            Sabtu, 28 Mei 2016. Hari itu aku disibukkan oleh HP ku yang hang. “Ruang penyimpanan tidak cukup” lah, “Anda tidak dapat menerima SMS karena ruang penuh” lah dan segala aplikasi menutup tiba-tiba. Dibuat telpon, layarku malah beruba jadi gelap. Euhh. Alhasil aku terpaksa menghapus beberapa aplikasi yang penting menurutku. Oh iya, fyi, aku nggak punya aplikasi game satupun di HP ku. Heran deh, tapi masih juga penuh. Ratusan foto, lagu, aplikasi yang tersimpan di memori internal pun sudah aku pindahkan ke memori eksternal. Tapi notifikasinya masih juga sama. Ruang penyimpanan hampir habis. Hiks.
            Aku yang pagi itu tidak memiliki rencana untuk keluar-keluar akhirnya terpaksa keluar, di siang hari lagi, niatnya mau install ulang HP di gerai ASU*S. Karena GPS di HP nggak bisa kerja maksimal, akhirnya aku memutuskan untuk nekat pergi berbekal pengetahuan seadanya tentang jalanan di Semarang. Meskipun aku sampai di alamat yang dimaksud mbah google, aku tetap tidak menemukan dimana gerai ASUS center. Muter-muter nggak karuan. Aku hilang arah. Nyasar. Teriknya jalanan siang itu membuat 2 jam kenyasaranku terasa lebih lama dan melelahkan. Belum lagi aku yang di klakson-in motor dan mobil lain akibat ke-amatir-anku dalam berkendara. Pff. Itulah yang tidak aku sukai dari perjalanan seorang diri.
Dan akhirnya aku memutuskan untuk berhenti mencari dan kembali ke kosan. Diperjalanan akan kembali itu, di tengah panas dan penat siang itu, aku terpikir untuk sejenak “memanjakan” diri. Aku merasa perlu mengapresiasi diri yang sudah bekerja setiap hari, demi mencari sesuap nasi. Halah halah. Haha. Aku tidak sengaja melihat sebuah skincare bernama N****Green. Karena brand “green-nya itu aku berpikir perawatan ini aman dan tidak membahayakan seperti produk-produk kecantikan pada umumnya. Yap, aku akhirnya memarkirkan motorku disana. Merasa bawa cukup banyak duit dan lelah akibat penatnya jalanan Semarang aku memberanikan diri memasuki klinik skincare itu.

“Mbak maaf ya kalau saya menyakiti”
            Jujur saja, aku memang tipikal cewek yang cuek dan jarang pake banget merawat diri yang berlebihan gitu. Paling banter pakai facial wash yang rajin, hmm sama masker sih itu pun jarang. Jadi memasuki skincare ini adalah kali pertamanya bagiku. Setelah membuka pintu, aku melihat banyak kerumunan manusia yang lebih dulu mengantri, pada duduk gitu. Ya akhirnya aku juga ikutan duduk. Semenit dua menit 15 menit, kok aku merasa nggak dipanggil-panggil, nggak dilayani gitu, nggak ditanya aku mau ngapain. Jujur saja, tidak ada meja information center gitu, jadi aku juga bingung mau tanya ke siapa. Akhirnya aku memutuskan memotong urat maluku dengan bertanya ke kasir dan sedikit menyerobot antrean.
            Malu sih, tapi yasudahlah. Toh, mereka juga nggak mesti ketemu aku lagi, pikirku dalam hati. Mbak kasir itu menyuruhku ke sebuah meja tanpa identitas gitu, disitu aku juga ngantri bentar guna pembuatan member card. Ah elah, daritadi kek. Prosedur pertama yang harus aku jalani katanya adalah konsultasi ke dokter skincare ybs. Konsultasi? Aku jadi mikir-mikir abis berapa ini gua konsultasi segala, takut uang kagak cukup gan, kan malu haha.
            Untuk konsultasi itu aku juga harus menunggu sodara-sodaraa dan itu... lama, hiks. Selesai konsultasi aku di tawari perawatan facial gitu. Setelah tanya faedahnya, plus minusnya, dan segala hal terkait, aku mengiyakan penawaran itu. Ah itu pasti relaxing dan memanjakan ulala gitu deh, pikirku dalam hati. Sebelum menjalani ritual facial itu, lagi-lagi, aku harus menunggu. Hei! Menunggu itu melelahkan. Kapan kamu beri aku kepastian. Abaikan saja abaikan hahaha.
            Taraaa tibalah waktunya aku facial! Saat memasuki ruangan perawatan itu, aku melihat beberapa orang yang mukanya dilumuri semacam masker gitu. Suasananya hening banget. Ah, aku pasti bakal digituin juga, asyik! Dan seorang mbak-mbak memberiku kain bewarna hijau mirip kayak rok ¾ gitu lah. Aku diminta masuk ruangan ganti. Terus aku masuk. Terus aku bingung.

“Ini pakenya gimana ya? Masak iya dipake buat rok? Tapi hubungan sama facialnya apa coba?” *pergulatan batin*

Setelah beberapa menit berada di ruang ganti dan nggak ngapa-ngapain kek orang linglung. Akhirnya aku memberanikan diri bertanya ke mbak-mbaknya. Memutus urat malu ku.

“Itu dipake seperti pake kemben, Mbak”
“Oh iya mbak, makasih”
Dalam hati, “Iya yah, kok aku ga kepikiran sih, duh malu banget serius.”

Tak lama setelah aku bertanya, aku mendengar suara cekikikan gitu. Nggak hanya cekikian, ada yang sampe maskernya retak gara-gara ngakak. Waduh mbak, kalem-kalem ae, Mbak. Ya maklum lah, namanya juga lagi hening gitu dan aku mengajukan pertanyaan yang se-konyong-konyong kodong banget. Ah elah Anistia Malinda Hidayat. Cupu bangets dah wkwk.
Setelah memakai kemben yang macam rok itu, aku disuruh tidur terlentang dan diselimuti hingga menutup dada dan mbaknya mulai melakukan treatment. Mukaku diolesi semacam krim, yang nggak tahu aku itu apaan yang jelasnya kerasa dingin gitu, terus dipijat-pijat. Lemak lah hidup ini, gimana kalau di surga ya, pikirku dalam hati hihihi. It is so relaxing, i admit. Ada mungkin 5 menit mbaknya melakukan ritual pemijatan itu. Terus mbaknya bilang,

“Sekarang waktunya bersihin komedo ya, Mbak”
“Hmm” aku gabisa jawab jelas karena agak kaku gitu rasanya mukak

Dan area pertama tempat panen komedo adalah jidatku. Gilaaaa. Rasanyaaaa. Sakit bangettt! Dan begitulah mukaku dirajah sama mbaknya. Air mataku netes dengan derasnya. Sakit serius. Sakit. Aku kesini bukan untuk disakiti, mbak. Rasanya tuh, pengen udahan aja dah.

“Perawatannya sudah selesai ya, Mbak. Maaf ya mbak, kalau saya menyakiti. Jangan sampai mukanya kena air dulu selama 2  jam ya, Mbak.”
“Kalau aku nggak memaafkan, apa bisa mbak kembalikan air mata yang telah terbuang itu?” ngomel sambil ngakak sendiri dengerin mbaknya bilang gitu.

Dan hasilnyaaaaa... taraaaa mukaku bopeng-bopeng merah dan mataku agak sedikit sembap. Tambah cantik? Perasaanku sih nggak ya, sama aja. Yauda cantik gitu seperti biasanya. Ampun! Tenggelamkan saja bang tenggelam hahaha. Setelah menjalani ritual itu aku jadi mikir-mikir kata orang kalau cantik itu butuh pengorbanan, katanya. Hmm. Kalau menjadi cantik harus sakit, I quit lah kayaknya. Beberapa waktu setelah hari perawatan tersebut, salah satu titik bopeng merah malah berubah jadi jerawat besar. Kemudian perawatan ini efeknya apa sodara-sodaraaa hahaha. Padahal setelah aku baca jenis facial apa itu, ternyata itu facial for acne (facial untuk jerawat) lho dan lagi aku harus merogoh kocek sebesar 65 ribu hanya untuk disakiti hahaha. *bayar serumnya kali, Non -,-*
Hm, sebagai pengingat biar kita para ladies nggak terlalu obsesi dengan kecantikan kekinian ala-ala gitu, ada sedikit uneg-uneg pribadi nih. Hm, sekarang bagiku merawat diri itu sangat perlu. Tuhan memberikan raga ini tak lain juga untuk dirawat dengan baik. Bukan hanya bagi perempuan, laki-laki pun wajib merawat diri. Merawat diri itu banyak bentuknya, bukan hanya pergi ke salon atau skin care yang mengeluarkan kocek lebih aja. Tetapi makan makanan yang sehat, gaya hidup sehat, itu juga bagian dari merawat diri yang banyak orang abai. Yang salah dan sangat nggak baik menurut aku adalah memaksakan diri untuk merawat diri ala-ala selebriti. Uang yang sebenernya buat beli buku kuliah, bayar SPP, malah dipakai buat perawatan yang berlebihan.
Aku termasuk kalangan yang percaya bahwa cantik itu relatif. Coba deh perhatikan, dari masa ke masa, tren kecantikan itu berubah. Dulu nih setahuku, gigi kelinci itu dipandang sebagai sesuatu yang nggak banget. Banyak orang yang rela menggelontorkan sejumlah uang guna menggugurkan gigi kelincinya dan merapikan giginya. Eh nggak lama kemudian gigi kelinci menjadi hal yang lucu dan lumayan tren juga. Kalau artis yang identik banget dengan gigi kelinci yaa Chelsea Olivia. Seorang wanita itu pastilah ingin selalu tampil cantik. Tapi kalau kita menstandarkan sebuah kecantikan apakah itu namanya bukan mengkufuri nikmat Tuhan? Padahal setiap manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya kata Allah.
Kalau kata buku Kun Anta karangan Teh Ninih Muthmainah, “Kau cantik apa adanya, lebih cantik dari yang kau kira. Dengarkan pujian secukupnya, jangan sampai membuatmu melayang karena suatu saat akan membuatmu tumbang. Dalam balutan akhlak yang mulia, mensyukuri segala yang Allah titipkan, mengikhlaskan segala ujian, menjalani kehidupan dengan kesabaran, sedikit mengeluhkan kekurangan, senantiasa bertawakal dan menekan rasa takabur, mudah memaafkan dan selalu menduga kebaikan setiap kenyataan, disitulah hakikat kecantikan yang sesunguhnya dalam Islam.”
Merawat diri itu sangat boleh tapi bukan berarti kita dapat mengubah sesuatu yang sudah jadi hasil karya Tuhan ya ukhti. Aku juga sarat kekurangan sana sini. Khilaf adalah makananku sehari-hari. Yuk saling mengingatkan bahwasanya dalam kesempurnaan yang terlihat oleh mata, setiap yang cantik pun memiliki noda. Semoga kalimat tersebut bisa jadi pengingat saat aku, kamu, kita sedang fakir syukur yaa. Kun anta, ya ukti! (re: jadilah dirimu sendiri, ya ukhti!)
Well, this is my first facial feeling. Do you wanna try?Let me know your feeling too! ^^

3 komentar:

  1. sumpah aku ngakak bacanya ndaaan wkwkwkwk =D
    besok besok aku ajakin facial yang gak pake sakit lah yaaa

    BalasHapus
  2. Hahaha aku yg bikin aja ngakak sendiri kalau inget2. Hayuk lah, gasss :D

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus