Rabu, 04 Mei 2016

#BahagiadiRumah Itu Sederhana





“Merantaulah yang jauh, maka engkau akan tahu bagaimana rasanya rindu”

Hidup jauh dari rumah bukanlah hal yang asing (lagi) bagiku. Hampir lima tahun berjuang di tanah perantauan cukup membuatku belajar berbagai cara menjinakkan rindu. Karena terbiasa jauh dari rumah sejak kecil, aku pikir aku sudah ahli perkara rindu. Tapi ternyata aku seringkali membohongi diriku sendiri tentang itu. Iya, rindu itu terkadang datang tiba-tiba dan dapat meledak kapan saja, dimana saja. Selasa, 16 Februari 2016, aku membaca sebuah buku berjudul Lautan Langit karya Mas Kurniawan Gunadi. Saat membaca salah satu cerita yang berjudul “Pulang”, emosiku membuncah, rinduku akan bau rumah tumpah ruah. Aku kalah.
Siang itu juga aku memutuskan untuk pulang kerumah. Tidak biasanya aku pulang semendadak itu. Perjalanan Jakarta-Mojokerto bukanlah perjalanan yang singkat dan cukup menguras tenaga. Aku harus bersabar duduk berdempetan dengan penumpang lain di kereta, menggunakan kamar mandi yang (selalu) bau, atau melirik luar jendela yang gelap dan parno akan hantu sambil sesekali memeriksa telepon genggamku. Aku melakukan aktivitas itu selama kurang lebih 14 jam lamanya.
Kepulanganku saat itu adalah kepulangan paling emosional dalam sejarah perantauanku. Pada saat itu aku belajar satu hal, bahwasanya selama apapun, se-profesional apapun aku dalam hal perantauan, rindu merupakan satu hal yang tidak bisa aku prediksikan. Rindu akan keluarga, rumah beserta segala isinya merupakan salah satu jenis bahagia yang tidak bisa aku ciptakan selama aku berada diperantauan. Sama halnya seperti cinta, rindu adalah karunia dari Allah yang patut kita syukuri. Karena itu berarti hati kita belum mati, memori dalam “gubug” sederhana itu rapi terpatri.

Bagiku, #BahagiadiRumah itu sederhana,


Sesedehana aku merindukan raut muka mamaku yang pura-pura cuek saat aku pulang. Tapi aku tahu beliau begitu bahagia melihatku kembali. Menggemaskan. Lucu. Tapi aku tahu lho kenapa mama begitu, aku tahu mama tidak ingin aku menjadi anak yang “hobi pulang” dan kuat kala di perantauan.
Sesederhana aku rindu manja manja cantik sama mama. Saat anak lain di usia ku mungkin jaim-jaim an sama mamanya, aku justru bersikap lebih kekanakan, bahkan tidak malu dilihat "begitu" sama orang. Hobiku adalah memeluk mamaku dari belakang. Tak terhitung berapa kali aku melakukannya saat aku berada di rumah. I just feel blessed, I feel safe. Setiap kali memeluk mama, aku merasa semua ego ku, ambisiku, kemarahanku, masalahku itu runtuh begitu saja. Pelukan itu membuatku merasa tenang, beruntung, begitu dicintai. Belum pernah ada tempat senyaman itu.
Sesederhana aku ingin mengusap air mata mama setiap kali mengantar kepulanganku menuju perantauan. Namun sayangnya aku tak pernah mampu. Aku hanya takut air mataku jatuh. Aku menahan sekuat itu. Itulah yang membuatku senantiasa berat meninggalkan kampung halamanku, rumahku, keluargaku. Yap, #BahagiaDiRumah ternyata tidak sebercanda itu.


#BahagiadiRumah itu sederhana,


Sesederhana aku menertawakan candaan ayahku yang seringkali garing dan tidak lucu. “Apa sih yah?” sahutku yang selalu berbarengan dengan adik perempuanku. Hahaha. Ayahku adalah orang yang paling sabar di rumah. Jarang marah jika dibandingkan dengan mama hehe. Apapun yang aku minta selalu dituruti, itulah yang membuatku jadi sungkan dan akhirnya jarang meminta-minta lagi.
Ayah itu orang yang seneng banget sama anak kecil, meski muka ayah (emang) nampak garang tapi ayah begitu penyayang. Dulu sewaktu aku kecil, aku lebih dekat dengan ayah bukan mama. Bukan berarti aku tidak sayang mama, tapi karena saat itu, mamaku sedang melanjutkan studi di luar kota. Anistia kecil adalah bayi yang terkenal didesanya pada saat itu, bukan karena lucu, atau menggemaskan begitu tetapi karena kenakalanku. "Katanya", aku bisa menangis berjam-jam non-stop dengan lengkingan tangis yang konsisten keras. Aku bisa membayangkan betapa suaraku begitu mengganggu warga desaku haha. Karena merawat anistia kecil bukanlah hal yang mudah, penuh cobaan, dan begitu melelahkan, ayahku akhirnya memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya demi membantu emak (pengasuhku saat kecil) merawatku. Katakan padaku, adakah kasih yang lebih indah dibanding itu?


#BahagiadiRumah itu sederhana,

Sesederhana aku baper melihat tabloid NOVA di tempat langganan koranku. Seketika itu juga aku teringat dengan kampung halamanku, rumahku. Maklum, tabloid tersebut menjadi bacaan wajib mamaku beberapa tahun terakhir. Mamaku tak jarang mempraktekkan resep makanan yang tersedia dalam tabloid tersebut. Berhubung mamaku bukanlah orang yang jago masak, keberadaan resep kudapan tersebut jelas sangat membantu dan memberi inspirasi. Selain menyediakan rubrik SEDAP yang berisi resep kudapan lezat, mamaku juga sering update informasi kesehatan yang penting buat karirnya dan juga keluarga pastinya. Mamaku adalah pelopor hidup sehat di rumah, selain karena pekerjaannya yang berhubungan dengan kesehatan, mamaku memang sadar betul bahwa kesehatan itu adalah nikmat yang perlu dijaga. Hidup sehat itu pilihan. Itu mottonya.
Resep mamaku tetap terlihat cantik, awet muda, stylish, dan gaul di usianya yang sudah berkepala 4 juga tak lepas dari pengaruh artikel yang dibacanya dalam tiap edisi tabloid NOVA. Selain itu, saat musim liburan panjang seperti ini tiba, Tabloid NOVA akan sangat membantu dalam memberikan referensi tempat berlibur bagi keluarga. Ya, mamaku lah orang yang selalu mengatur segala pernak perniknya.
Tak terasa, tahun ini Tabloid Nova telah merayakan ulang tahunnya yang ke-28. Sebagai feedback kepada pembaca setianya, Novaversary mengangkat tema menulis #BahagiadiRumah yang jelas membuat anak rantauan seperti aku baper dan mencoba keberuntungan untuk ikut serta. Selamat ulang tahun Tabloid Nova! Semoga kontennya senantiasa bermutu dan menginspirasi mama dan aku sebagai calon mama hehe.
Well, #BahagiadiRumah adalah momen saat aku bisa menjadi "seutuhnya" diriku kala bersama dengan keluargaku. Tanpa susah-susah memasang topeng sok kuat saat aku putus dulu, tanpa susah-susah memasang topeng sok alim, cantik, apapun itu. Merekalah yang sebenar-benarnya mau menerima setiap kekuranganku, menyayangi dari buruk hingga baikku. Setiap momen #BahagiadiRumah itu mampu menyuntikkan endorfin dosis tinggi dalam setiap tetes darahku, mampu menekan jumlah kortisol yang ku tabung saat sibuk sekolah dan kerja. Tak ada yang bisa membuatku lebih bahagia dibanding itu.

Sungguh, rumah adalah tempat kembali paling nyaman saat engkau jauh - nonanis
Ini secuil kisahku tentang kebahagiaan yang bisa aku dapatkan di rumah. Let me know yours too! ^^
 

0 komentar:

Posting Komentar