Senin, 07 Desember 2015

Kolaborasi Mencapai Misi



           Hidup itu tentang kompetisi, jamak orang bilang gitu. Karena judulnya ‘kompetisi’ berarti harus ada pemenangnya dong? Layaknya hanya akan ada satu sprema diantara jutaan lainnya yang berhasil memasuki hati sang sel telur. Satu sperma tersebutlah yang kemudian akan dielu-elukan sebagai sang pemenang. Layaknya lagi murid-murid dalam suatu kelas, yang peringkat satu akan selalu disebut sang juara. Belum pernah denger ceritanya yang peringkat 2 sampai akhir itu dipanggil sang juara, sang juara sepuluh misalnya. Ya memang gitu, yang pertama biasanya memang, selalu, yang istimewa, katanya.
            Berhubung aku masih seorang mahasiswa, jadi tema kompetisinya pasti masih berkisar dunia kampus. Kompetisi dalam dunia kampus itu banyak banget, bahkan hampir dalam setiap hal kami berkompetisi. Mulai dari kompetisi mendapat nilai yang bagus dari dosen sampe rebutan dapat makan siang duluan di kantin (takut kehabisan lauk) haha. Atmosfer berkompetisi begitu kental adanya. Bahkan, alih-alih mengatasnamakan kompetisi, banyak orang yang akhirnya saling sikut sana sini. Tentunya buat jadi pemenang, yang juara, yang terlihat baik, yang plus plus lah 'keliatannya'.
          Waktu ujian misalnya, untuk mendapatkan nilai yang baik, tentu caranya adalah dengan belajar, belajar yang baik. Tidak cukup dengan itu, kita juga perlu berdoa. Karena terkadang ada hal-hal yang terjadi diluar kehendak kita. Nasihat yang klasik, tentunya. Tapi ya memang gitu, masak ada orang yang bilang, “dapatkan nilai baik dengan mencontek”. Nggak ada kan? Yang ada, mencontek itu kalau nggak buat cari nilai yang ‘aman’ biar nggak ngulang ya buat cari nilai yang lebih bagus daripada saingannya. Fenomena yang biasa terjadi di negeri tercintaku.

Berbicara soal saingan, nggak akan pernah ada habisnya. Gimana mau habis kalau pikirannya udah dipenuhi dengan kata tanya ‘bagaimana’. Bagaimana caranya aku bisa dapet nilai lebih dari dia sampe yang paling ekstrimnya mungkin bagaimana aku bisa jatuhin dia. Bukan lebay tapi hal-hal kayak gini ini nyata terjadi. Apalagi kalau kamu ketemu sama orang yang ngambis pol-polan (sebutan untuk orang yang terlalu ambisius). Walaupun ambisi sebenarnya bukanlah sebuah kesalahan, menurutku. Ambisi itu lebih seperti mimpi, keinginan, atau cita-cita. Ambisi itu lebih seperti cambukan agar kita tetap termotivasi untuk melakukan hal-hal dengan lebih baik lagi. Tapi sayangnya, banyak yang over ngambis-nya. Segala cara, baik bahkan buruk, rela dilakukan. Nah itu ambisi yang SALAH.
Tidak hanya di dunia sekolah, di dunia kerja pun seperti itu. Terlebih di kota-kota besar, atmosfer berkompetisi itu begitu kuat rasanya. Banyak orang mulai lupa, untuk melangkah lebih jauh itu enak dilakukan bersama-sama. Berjalan dengan jarak yang jauh pun nggak bakalan kerasa kalau kita jalannya bareng pacar, eh temen maksudku. Iya kan? Coba banyangin kamu jalan sendirian, belum lagi kalau lagi panas atau hujan, males kan? Kecuali jika kamu ingin berjalan lebih cepat maka jalanlah sendiri, tapi kalau kamu ingin berjalan lebih jauh maka jalanlah bersama-sama. Menjadi yang terbaik, yang lebih cepat, memang tidak ada salahnya, namun jika untuk menjadi yang terbaik itu kita memandang semua cara baik maka yang terbaik itu tidak akan ada artinya.
Itulah contoh sederhananya tentang makna kolaborasi. Bekerja dalam tim memang dirasakan susah untuk sebagian orang, termasuk aku. Karena kita harus membuat ‘satu’ dari lebih dari satu pemikiran. Keberagaman itulah poin indahnya sebuah kolaborasi. Coba sekarang bayangin, bagaimana jika Tuhan dulu menciptakan semua cowok itu ganteng semua atau semua cewek itu cantik semua? Seseorang dibilang ganteng atau cantik kan karena ada ‘pembandingnya’ yaitu orang lain yang mungkin kurang ganteng atau cantik. Jadi janganlah  kamu sok-sok an wahai orang yang ‘merasa’ ganteng atau cantik, justru kalian harusnya berterimakasih sama yang kurang gitu, karena mereka kamu bisa dibilang gitu haha. Benar-benar tidak menarik, bukan?
Kolaborasi itu juga tentang bersinergi. Kalau di pelajaran Seven Habits saat SMA dulu, sinergi ini tingkatan yang atas atas, jadi kece banget tentunya jika kamu itu bisa bersinergi dengan orang lain. Coba banyangin lagi, gimana kalau seluruh rakyat Indonesia mau berkomitmen dan berkolaborasi membangun negeri, mencapai visi misi? Alangkah surganya negeriku {} haha. apalagi era yang lagi tren belakangan ini bukanlah kompetisi tapi kolaborasi. Duh cupu deh kalau masih ada orang-orang yang hidupnya dipenuhi dengan kompetisi. Well, sebagai penutup aku ingin sedikit mengutip pernyataan Prof. Shunji Murai dalam sebuah acara di Manila, “Why western always leading and we are not? Because they are shaking hand and collaborate each other and we are, often, fighting and competing each other.”
P. S. : Judul yang aku pakai ini sebenernya merupakan salah satu judul yang dibawakan oleh presentator bernama Feby Indriani, alumni program International Association of Traffic and Safety Sciences, dalam acara “Stay Safe: How To Use Your Writing Skills & Social Media To Spread The Words”. Sungguh menginspirasi saya untuk bisa menulis ini kak. Terimakasih sharingnya.

2 komentar:

  1. Kalo untuk mendapatkan hatinya apa perlu kolaborasi juga? :")

    BalasHapus
  2. Hahahaha jangaaan. Nanti hatinya dibagi-bagi dong kalau kolaborasi sama orang lain haha

    BalasHapus