Rabu, 02 Desember 2015

Menghabiskan Ego



Belajar Dari Buku “Lautan Langit”

Nah ini dia nih, tulisan yang berhasil mengerem niatanku untuk mengikuti anjuran menikah muda haha. Banyak benernya mengingat emosi remaja yang anjlok naik turunnya dan sudah banyak kasus pernikahan terlalu dini yang berujung perceraian. No offense. Menikah sangat butuh kesiapan mental, berpikir untuk bukan lagi tentang “aku” tapi “kita”. Sounds that easy but hmm...

Dalam sebuah obrolan sore, seorang ibu dari temanku mengatakan kepada anak perempuannya, “Kamu nikahnya nanti dulu, biar habis dulu egonya.”
Kalimat itu terngiang-ngiang dan aku mau menuliskan hikmah yang kudapatkan. Perihal menghabiskan ego ini menarik dan aku berkaca pada diriku sendiri sepanjang 2014 kemarin.

Benar sekali, sepertinya kemarin egoku belum habis. Ada banyak hal yang masih ingin kulakukan, impikan, dan lain-lain. Hampir semua bersifat personal. Seperti egoku terhadap mainan-mainan yang ternyata hari ini jumlahnya sudah ratusan. Egoku terhadap ini dan itu pun terbilang cukup banyak. Egoku ingin membeli ini dulu, itu dulu. Bahkan ingin ke mana dulu dan lain-lain.

Hari ini aku belajar bahwa ternyata menghabiskan ego sebelum menikah itu penting. Bila telah menikah kita sudah bukan lagi hidup seorang diri dengan tujuan dan impian sendiri tapi bersama.
Aku tidak mau saat menikah nanti, aku hanya memikirkan tentang kesenanganku sendiri, itu kuncinya. Karena ada kehidupan lain yang nantinya akan aku bersamai langkahnya.

Sepanjang 2014 itulah aku menghabiskan ego tersebut. Hari ini masih tersisa sedikit dan insyaAllah segera habis. Setelah itu, setiap impian bahkan keinginanku akan lebih mudah dikompromikan dan bisa dengan mudah disinergikan.

Bila kita masih banyak keinginan pribadi, mau keliling Indonesia, beli ini itu, pengen begini begitu, habiskanlah semua ketika kita masih sendiri. Karena kelak setelah menikah, bila kita tidak mampu mengelola dan mengkomunikasikan hal tersebut dengan baik, justru bisa menjadi pemicu masalah. Padahal sebenarnya itu bukan masalah. Hanya karena ego kita belum habis, kita merasa pasangan kita tidak mendukung bila pendapat kita berseberangan.

Aku belajar tentang itu sepanjang 2014. Hari ini, ketika ego pribadi kurasa telah berkurang banyak, aku akan melanjutkan impianku nanti, melalui diskusi bersama orang yang tepat. Orang yang akan menjadi bagian dari rencana-rencana hidup yang akan dibuat itu.

Bukankah demikian? Jangan sampai dia tidak ada dalam rencana hidupku karena dia sudah ada dalam hidupku, kan? Bila keinginan kita masih tentang diri kita sendiri, habiskanlah.

Karena memilih untuk menikah itu bukan tentang siapa lebih cepat tapi tentang kesiapan. Menghabiskan ego akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih leluasa hatinya, lebih mudah diajak bicara, dan lebih fleksibel mengubah keinginan.

Hidup sendiri itu memang menyenangkan, kita tidak perlu mendiskusikan dengan siapa pun tentang apa yang kita inginkan. Tapi hidup berdua jauh lebih menarik bukan?

1 komentar: