![]() |
Istilah yang lagi hits dan santer terdengar juga belakangan
ini adalah baper. B-A-P-E-R. Entah siapa
yang mempopulerkan istilah ini pertama kali namun istilah ini begitu mengemuka
di kalangan remaja. Baper adalah akronim dari “BAwa PERasaan”. Baper seringnya
diungkapkan/dikatakan saat kita tiba-tiba flashback
ke masa lalu, menyertakan perasaan di dalamnya, dan tanpa disadari juga
mengubah mimik muka sedemikian rupa hingga terlihat senang ataupun sedih, tapi
dominan sedih dan galau sih kayaknya hehe.
Bak efek viral, anak-anak muda sekarang seringkali mengucapkan
kata-kata ini, padahal sebenernya yang dimaksud juga nggak baper. Melamun
sedikit dibilang baper. Sedih sedikit dibilang baper. Pokoknya sedikit-sedikit
dibilang baper lah. Tidak ada yang salah dengan istilah ini sebenarnya, namun
bagi kebanyakan orang baper hanya difokuskan dalam satu ruang cakupan yaitu
baper mengenai perasan a.k.a asmara. Nah ini nih yang akan saya ulas kali ini.
Sore ini saya melakukan games truth or dare, biasa sih, tetapi menjadi tidak biasa karena saya
melakukannya bersama rekan dan senior-senior saya di IPTEK dan Jurnalistik
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Membuka kartu demi kartu
dari perseorangan yang terlibat dalam permainan. Yah kamu tahu lah, truth or dare ujung-ujungnya dominan
menyangkutpautkan masalah hati a.k.a perasaan. Sehingga terdengarlah istilah
baper itu berkali-kali. Hahaha
Singkat cerita, salah seorang senior saya yang notabene juga
merupakan senior kos saya, menentang keras baper yang ada kaitannya dengan
masalah cinta-cintaan. Dan berhubung saat ini saya juga lagi jomblo dan tidak
sedang melibatkan perasaan berlebih dengan siapapun, saya otomatis mendukung
pernyataannya haha. Karena apa? Karena saya tahu, mereka yang baper pasti akan
lebih mengedepankan/mendahulukan perasaan mereka ketimbang logikanya. Entah
bagi pihak laki-laki atau juga perempuan. Namun seperti yang banyak tertuliskan
di artikel atau buku-buku, wanita digambarkan dengan dominasi perasaan
ketimbang pikiran, sebaliknya laki-laki diciptakan berkebalikan. Sehingga baper
akut cenderung menyerang wanita daripada pria. Kan curang yak wkwk
Makanya tak heran jika ada hadist yang juga menyinggung
masalah ini:
“cintailah orang
yang kamu cintai sewajarnya, boleh jadi pada suatu hari kelak ia akan menjadi
orang yang engkau benci. Dan, bencilah orang yang kamu benci sewajarnya, boleh
jadi pada suatu hari kelak ia akan menjadi orang yang engkau cintai.” (HR.
At-Tirmidzi)
Tentu saja, secara naluri kemanusiaan, kita terutama kaum
wanita pasti sangat senang jika pasangan kita mencurahkan semua kasih
sayangnya, menempatkan kita pada posisi ratu tertinggi dalam hatinya, dan
memanjakan kita dengan cintanya yang teramat dalam. Namun berhati-hati dan
waspada juga tidak ada salahnya, bukan bermaksud suudzon kepada pasangan namun Allah sendiri membenci kita jika
menyukai sesuatu yang bercap “duniawi” itu terlalu berlebihan, melebihi cinta
kasih kita padaNya. Namun bukan berarti kita lantas berhenti dan membatasi diri
untuk membahagiakan pasangan. Berlaku lebih untuk menyenangkan pasangan adalah
sebuah keniscayaan, keharusan, terlebih jika statusnya sudah suami-istri, namun
kita juga wajib mengontrol perasaan yang tumbuh karenanya.
Jadi intinya jangan sampai kamu terserang penyakit 3B ya, Bukan Baper Biasa. 3B sebenarnya merupakan ungkapan pribadi saya yang menggambarkan suatu kondisi dimana pikiran dan perasaanmu berjalan timpang, cenderung lebih menonjolkan perasaan. Bahayanya apa? Seseorang yang terkena 3B cenderung lebih emosional, lebih mengedepankan perasaannya atau bahkan egonya. Mereka yang seperti itu umumnya bisa terlihat terlalu sayang, terlalu merasakan sakit, terlalu cemburu, terlalu sentimen, pokoknya yang terlalu-terlalu. Hingga tak jarang yang juga mengakhirinya dengan aktivitas yang membahayakan dirinya sendiri. Seperti contoh:
Jadi intinya jangan sampai kamu terserang penyakit 3B ya, Bukan Baper Biasa. 3B sebenarnya merupakan ungkapan pribadi saya yang menggambarkan suatu kondisi dimana pikiran dan perasaanmu berjalan timpang, cenderung lebih menonjolkan perasaan. Bahayanya apa? Seseorang yang terkena 3B cenderung lebih emosional, lebih mengedepankan perasaannya atau bahkan egonya. Mereka yang seperti itu umumnya bisa terlihat terlalu sayang, terlalu merasakan sakit, terlalu cemburu, terlalu sentimen, pokoknya yang terlalu-terlalu. Hingga tak jarang yang juga mengakhirinya dengan aktivitas yang membahayakan dirinya sendiri. Seperti contoh:
Si A dan si B sudah pacaran bertahun-tahun dan sebentar lagi
berencana menikah, namun pada akhirnya si A memutuskan hubungan tersebut. Si B
otomatis galau dan baper akut kan. Lihat foto ketika lagi berdua, baper. Lihat barang
yang dibelikan dia, baper. Baca ulang pesan dan chat dia, baper. Tak jarang
yang akhirnya terkesan menghukum diri setelahnya, seperti males makan yang
berujung tidak makan, mudah banget uring-uringan,
diam dan mengurung diri dari lingkungan sekitar, masa bodo dengan masa
depannya, nangis terus sampai badan menjadi kurus dll. Yang kena imbas pada
akhirnya siapa? Jelas yang pertama adalah keluarga dan tak lupa juga
teman-teman dekatnya. Baper yang terus-terusan ini seolah membuat dia menjadi
satu-satunya individu yang paling menderita. Ia seolah menjadi buta, tak tahu
lagi mana yang benar mana yang salah. Kan “ayahab”
yak mblo! Haha
Jadi mulailah mencoba menyeimbangkan semuanya. Mencintai secukupnya,
membenci sewajarnya, dan bersyukur sebanyak-banyaknya. Semoga bermanfaat! ^^
0 komentar:
Posting Komentar